GERAKAN MAHASISWA MENCIPTAKAN PROSES PERUBAHAN SOSIAL DI MASYARAKAT
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Program Pemantapan Kaderisasi Mahasiswa (P2KM)
Oleh
DERRY MELIANIE PUTRI
NPM. 102122351
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2010
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ini diterima pada hari minggu tanggal 6 November 2009
oleh :
Ketua Pelaksana,
Rizki Kurnia
072122081
Pembimbing I, Pembimbing II,
Herman Sirait Naufal Budiman
072122195 082122192
Diketahui,
Ketua EDSA
Acep Deris
072122178
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt., berkat rahmat dan hidayah-Nya, apa yang penulis kerjakan dapat terselesaikan dengan lancar, khususnya dalam pembuatan makalah ini sebagai salah satu syarat sidang kelulusan Program Pemantapan Kaderisasi Mahasiswa (P2KM), dengan mengambil judul “Gerakan Mahasiswa menciptakan Proses Perubahan Sosial di Masyarakat“.
Pencemaran lingkungan yang terjadi saat ini telah banyak membawa pengaruh negatif terhadap semua unsur yang ada di dumi ini, khususnya pada tanah. Pencemaran tanah yakni keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal tentang pencemaran tanah yang disebabkan oleh sampah khususnya sampah anorganik dan pengaruhnya terhadap tingkat kesuburan tanah.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, Dalam kesempatan kali ini perkenankanlah penulis dengan segala hormat mengucapkan terima kasih kepada :
1. orang tua saya yang selalu memberikan dorongan motivasi selama pembuatan makalah ini;
2.
|
3. Insan Kamil, selaku pembimbing I yang telah membantu penulis selama menyusun makalah ini;
4. Tresna, selaku pembimbing II yang telah membantu penulis selama menyusun makalah ini;
5. rekan-rekan yang juga telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini;
6. semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu persatu.
Semoga Allah swt, memberikan balasan yang berlipat ganda.
Tentunya sebagai manusia, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam mengupas permasalahan di dalam makalah ini masih banyak kekurangan tentunya kesalahan-kesalahan, baik dalam hal sistematika maupun teknik penulisanya. Kiranya tiada lain karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis dalam masalah yang diketengahkan belumlah luas dan mendalam. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun tentunya sangat penulis harapkan, sebagai masukan yang berharga demi kemajuan penulis di masa mendatang.
Dan penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, bagi pembaca pada umumnya, di dalam peran kita terhadap pembangunan agama, nusa, bangsa, dan negara tercinta. Amin.
Tasikmalaya, Desember 2009 Penulis
|
DAFTAR ISI
|
KATA PENGANTAR ………………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..
A. LATAR BELAKANG MASALAH …………………………..
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………..
C. TUJUAN MAKALAH………………………………………..
D. KEGUNAAN MAKALAH…………………………………..
E. PROSEDUR MAKALAH……………………………………
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………..
A. TINJAUAN TEORETIS………………………………………
B. PEMBAHASAN…………………………………………………
BAB III SIMPULAN DAN SARAN…………………………………
A. SIMPULAN……………………………………………………
B. SARAN…………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dilatarbelakangi krisis ekonomi yang berkepanjangan dan berlanjut menjadi krisis multi-dimensi, sebuah usaha perubahan sosial yang dimotori oleh gerakan mahasiswa yang didukung oleh kesadaran bersama dari para mahasiswaa. Momen ini kemudian berkembang menjadi suatu gerakan bersama yang menuntut perubahan dibeberapa bidang, khususnya sistem pemerintahan.
Sejak tahun pasca tahun 1966-dimana gerakan mahasiswa berhasil menjatuhkan rejim Orde Lama-, dapat dikatakan mengalami masa stagnansi dari gerakan mahasiswa. Mahasiswa dipandang telah kehilangan kepekaaan sosial yang terjadi pada saat itu. Kondisi ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang begitu represif sehingga kondisi perpolitikan nasional menjadi alat yang efektif untuk mematikan aspirasi dan gerakan mahasiswa. Pengekangan tersebut telah membuat mahasiswa-kebanyakan-menjadi kehilangan daya kritisnya terhadap kondisi sosial yang berkembang.
Menyadari bahwa perguruan tinggi dan lembaga pemerintah tidak dapat diharapkan, sebagian mahasiswa coba menciptakan ruang-ruang berkembangnya sendiri. Mereka kemudian memilih untuk melakukan aktifitas mereka diluar kampus. Selain membentuk kelompok-kelompok diskusi, mahasiswa juga membentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menangani berbagai isu-isu sosial. Aksi protes mahasiswa masih berlanjut akan tetapi masih sangat sporadis dan dampaknya belum meluas, baik itu dikalangan mahasiswa maupun masyarakat umumnya dan semakin lemah sampai akhirnya menghilang akhir 1970-an.
Gairah pergerakan di kelompok mahasiwa kemudian mulai kembali pada tahun 90-an saat akumulasi berbagai permasalahan sosial makin tajam. Mereka lebih cenderung mengangkat masalah-masalah yang aktual pada saat itu, misalnya masalah kelaparan atau bencana di satu daerah dan permasalahan keseharian yang dihadapi oleh masyarakat. Akan tetapi, pola yang digunakan tidak berubah; masih sporadis dan dilakukan dalam kampus. Pada awalnya tidak semuanya mahasiswa tersebut tergerak untuk menanggapi masalah sosial yang muncul.
B. Rumusan Masalah
1. apakah yang di maksud dengan perubahan sosial ?
2. bagaimana mahasiswa dapat melakukan sebuah gerakan reformasi dalam usaha perubahan sosial?
3. apa pengaruh gerakan mahasiswa dalam menciptakan proses perubahan sosial di masyarakat ?
|
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami :
1. pengertian perubahan sosial di masyarakat ;
2. upaya mahasiswa dalam melakukan sebuah gerakan reformasi dalam perubahan sosial di masyarakat ;
3. mengetahui pengaruh gerakan mahasiswa dalam proses perubahan sosial.
D. Kegunaan Makalah
Untuk penulis khususnya dapat mengetahui tentang peranan mahasiswa dalam melakukan sebuah gerakan reformasi dalam perubahan sosial di masyarakat dan pengaruh gerakan mahasiswa dalam menciptakan perubahan sosial di masyarakat.
E. Prosedur Makalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan teknik analisis sumber-sumber mengenai judul yang penulis usung.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Teoretis
1. Pengertian Perubahan Sosial
Menurut Selo Soemarjan, perubahan sosial adalah “Segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang memengaruhu sistem sosial nya, termasuk di dalamnya nilai nilai, sikap sikap, dan pola pola perikelakuan diantara kelompok kelompok dalam masyarakat.”
Menurut Samuel Koenig, perubahan sosial adalah “Modifikasi modifikasi yang terjadi dalam pola pola kehidupan manusia, baik karena sebab sebab internal maupun sebab sebab eksternal.”
Menurut Richard T Schaefer dan Robert P Lamm, perubahan sosial adalah “Perubahan significan yang terjadi sepanjang waktu dalam hal bentuk bentuk perilaku dan budaya, termasuk nilai nilai dan norma norma.”
Menurut John J Macionis, perubahan sosial adalah “Transformasi pranata pranata social dan budaya yang berlangsung sepanjang waktu.”
Menurut Kingsley Davis, perubahan sosial adalah “Perubahan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.”
Menurut Wilbert E Moore, perubahan sosial adalah “Perubahan penting dari pola pola perilaku dan interaksi social (struktur sosial).”
Maka, menurut penjelasan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahab yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Latar belakang terjadinya perubahan sosial adalah adanya masalah masalah baru, ketergantungan pada hubungan antarwarga pewaris kebudayaan , dan lingkungan yang berubah.
Pada hakikatnya,perubahan sosiial budaya yang berlangsung di dalam masyarakat dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk. Bentuk bentuk. Adapun beberapa bentuk bentuk perubahan sosial budaya adalah :
1. Perubahan lambat (Evolusi)
2. Perubahan cepat (Revolusi)
3. Perubahan kecil
4. Perubahan besar
5. Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan
6. Perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan
Beberapa faktor pendorong yang menyebabkan terjadinya perubahan social adalah sebagai berikut :
a. Sistem pendidikan yang maju
b. Sikap menghargai hasil karya orang lain
c. Keinginan untuk maju
d. Toleransi terhadap perubahan atau penyimpangan
e. System pelapisan social terbuka
f. Penduduk yang heterogen
g. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu, misalnya ekonomi
h. Orientasi hidup ke masa depan
i. Sikap mudah menerima hal baru
B.
|
2. Upaya mahasiswa dalam melakukan sebuah gerakan reformasi dalam melakukan perubahan sosial di masyarakat.
Dalam sosiologi, perilaku kolektif adalah tindakan-tindakan yang tidak terstruktur dan spontan dimana perilaku konvensional (lama) sudah tidak dirasakan tepat atau efektif. Lebih jauh lagi, perilaku kolektif merupakan perilaku yang dilakukan oleh sejumlah orang, tidak bersifat rutin dan merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu.
Sejak tahun pasca tahun 1966-dimana gerakan mahasiswa berhasil menjatuhkan rejim Orde Lama-, dapat dikatakan mengalami masa stagnansi dari gerakan mahasiswa. Mahasiswa dipandang telah kehilangan kepekaaan sosial yang terjadi pada saat itu. Kondisi ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang begitu represif sehingga kondisi perpolitikan nasional menjadi alat yang efektif untuk mematikan aspirasi dan gerakan mahasiswa. Pengekangan tersebut telah membuat mahasiswa-kebanyakan-menjadi kehilangan daya kritisnya terhadap kondisi sosial yang berkembang.
Menyadari bahwa perguruan tinggi dan lembaga pemerintah tidak dapat diharapkan, sebagian mahasiswa coba menciptakan ruang-ruang berkembangnya sendiri. Mereka kemudian memilih untuk melakukan aktifitas mereka diluar kampus. Selain membentuk kelompok-kelompok diskusi, mahasiswa juga membentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menangani Gairah pergerakan di kelompok mahasiwa kemudian mulai kembali pada tahun 90-an saat akumulasi berbagai permasalahan sosial makin tajam. Mereka lebih cenderung mengangkat masalah-masalah yang aktual pada saat itu, misalnya masalah kelaparan atau bencana di satu daerah dan permasalahan keseharian yang dihadapi oleh masyarakat. Akan tetapi, pola yang digunakan tidak berubah; masih sporadis dan dilakukan dalam kampus. Pada awalnya tidak semuanya mahasiswa tersebut tergerak untuk menanggapi masalah sosial yang muncul.
Lalu, pada masa itu muncul conscience collective, yaitu kesadaran bersama dimana mahasiswa merupakan satu kelompok yang harus bersatu padu. Dalam kondisi perilaku kolektif, terdapat kesadaran kolektif dimana sentimen dan ide-ide yang tadinya dimiliki oleh sekelompok mahasiswa yang menyebar dengan begitu cepat sehingga menjadi milik mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya. Kekecewaan dan ketidakpuasan mahasiswa terhadap pemerintah disambut oleh masyarakat yang menjadi korban dari sistem yang ada. Aksi dari mahasiswa kemudian direspon oleh masyarakat melalui secara sukarela memberikan bantuan kepada para mahasiswa yang sedang mengadakan demonstrasi.
Gerakan mahasiswa pada tahun 1998-tepatnya bulan Mei-cenderung pada perilaku kerumunan aksi dimana aksi demonstrasi mereka lakukan secara terus menerus dengan mengandalkan mobilisasi massa demi tujuan bersama. Menurut Blumer, perilaku kerumunan yang bertindak dimana mereka mempunyai perhatian dan kegiatan yang ditujukan pada beberapa target atau objektif. Tuntutan gerakan mahasiswa sendiri pada pasca kejatuhan rejim Orde Baru cenderung pada perubahan sistem politik dan struktur pemerintahan. Gerakan mahasiswa tersebut sebenarnya didasari oleh ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu di masyarakat, seperti masalah yang terjadi pada masyarakat pada saat itu yaitu masalah kelaparan atau bencana di satu daerah dan permasalahan keseharian ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat.
Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat berpendidikan dan sehari-harinya bergelut dengan pencarian kebenaran dalam kampus melihat kenyataan yang berbeda dalam kehidupan nasionalnya. Kegelisahan kalangan mahasiswa ini kemudian teraktualisasikan dalam aksi-aksi protes yang kemudian mendorong perubahan yang reformatif dalam sistem politik di Indonesia.
3. Pengaruh gerakan mahasiswa dalam menciptakan proses perubahan sosial di masyarakat
Melihat pemaparan diatas serta landasan teori yang kami gunakan diatas, jelas bahwa gerakan mahasiswa pada tahun 1998 adalah satu proses reformasi dalam perubahan sosial. Reformasi sendiri menurut Kornblum, adalah gerakan yang hanya bertujuan untuk mengubah sebagian institusi dan nilai. Lebih jauh lagi, gerakan ini merupakan upaya untuk memajukan masyarakat tanpa banyak mengubah struktur dasarnya. Gerakan semacam ini biasanya muncul di negara-negara yang demokratis.
Proses reformasi pada tahun 1998 telah berdampak besar dalam kehidupan masyarakat di Indonesia secara umum. Pertama, yang paling dirasakan dan dapat dilihat dengan jelas adalah jatuhnya rejim Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun. Selama berkuasa, rejim Orde Baru telah menjadi orde kekerasan, yang selalu mengedepankan tindakan represif dalam menjaga kelanggengan kekuasaanya. Mundurnya presiden Soeharto-yang dianggap sebagai simbol Orde baru yang telah menjadi tolok ukur dari dari perubahan tersebut.
Selain itu, mahasiswa menilai bahwa aparat negara, militer pada khususnya juga menjadi alat pelanggeng kekuasaan. Oleh karena itu, tuntutan yang muncul dari mahasiswa adalah mengembalikan posisi militer pada fungsinya. Salah satu contoh perubahan adalah pemisahan struktur antara Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia.
Lalu. perubahan sistem politik di Indonesia. Walaupun sering dikatakan bahwa paham yang dianut oleh sistem politik Indonesia adalah demokrasi, ini jauh berbeda dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat. Perbedaan pendapat-yang kerap kali dianggap menggangu stabilitas-menjadi hal yang haram di masa Orde Baru. Aspirasi politik dari masyarakat kemudian dipersempit dengan sistem tiga partai yang jelas tidak berpihak pada masyarakat. Oleh karena itu salah satu tuntutan mahasiswa pada tahun 1998 adalah melakukan pemilihan umum (pemilu) dalam waktu dekat. Salah satu contoh perubahan dekat adalah pelaksanaan sistem pemilihan umum langsung yang dilaksanakan pada tahun 2004.
Seperti yang telah disampaikan diatas, perubahan sosial juga akan mempengaruhi nilai-nilai, sikap dan pola perilaku dalam sistem sosial masyarakat. Dalam konteks reformasi pada tahun 1998, terjadi perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Pengekangan yang dulu dilakukan oleh Rejim Orde Baru diberbagai sektor berangsur-angsur dihilangkan. Sebagai salah satu contoh adalah kebebasan berpendapat yang dulu menjadi ‘barang mahal’ sekarang relatif lebih terbuka. Kemudian isu tentang nilai-nilai Hak Asasi Manusia kemudian menjadi salah satu indikator dalam pembangunan. Masyarakat yang dulunya apolitis dan cenderung pasif pada sistem politik terdahulu mulai terlibat dalam berbagai kegiatan politik praktis. Sebagai salah satu indikator adalah berdirinya berbagai partai politik di Indonesia.
Edward Shill mengkategorikan mahasiswa sebagai lapisan intelektual yang memliki tanggung jawab sosial yang khas. Shill menyebukan ada lima fungsi kaum intelektual yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi, menyediakan bagan-bagan nasional dan antar bangsa, membina keberdayaan dan bersama, mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik. Arbi Sanit memandang, mahasiswa cenderung terlibat dalam tiga fungsi terakhir. Sementara itu Samuel Huntington menyebutkan bahwa kaum intelektual di perkotaan merupakan bagian yang mendorong perubahan politik yang disebut reformasi.
Menurut Arbi Sanit ada empat faktor pendorong bagi peningkatan peranan mahasiswa dalam kehidupan politik. Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai horison yang luas diantara masyarakat. Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku sekolah, sampai di universitas mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik yang terpanjang diantara angkatan muda.
Gerakan mahasiswa telah menjadi fenomena penting dalam perubahan politik yang terjadi di Indonesia tahun 1998. Setelah 32 tahun pemerintahan dibawah kendali Presiden Soeharto, krisis ekonomi melanda Indonesia yang diakibatkan pengendalian sumber daya keuangan yang tidak proporsional. Bantuan luar negeri yang semula membantu proses pembangunan menjadi sandara utama dalam pembiyaan modernisasi.
Melihat kembali kegiatan mahasiswa yang pada dekade 80-an sampai 90-an mengalami stagnasi dalam pergerakan menyuarakan ketidakadilan dalam masyarakat maka dapat dikatakan bahwa pada awalnya pergerakan mahasiswa bersifat gerakan moral (moral movement). Isu-isu yang disuarakan lebih pada perbaikan-perbaikan pada hal-hal yang mengakibatkan penderitaan yang dialami masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu.
Dalam perkembangan selanjutnya pergerakan mahasiswa melihat bahwa isu itu dapat berkembang pada isu yang lain. Hal ini mungkin disebabkan oleh sifat instant yang mempengaruhi pola perilaku mahasiswa. Sifat ini tidak melihat lebih dalam mengenai masalah yang ada, dalam arti setiap masalah sebenarnya mempunyai akar permasalahan yang terlebih dahulu mendapat perhatian. Penemuan pada akar permasalahan memungkinkan mahasiswa untuk menyuarakan isu yang tepat sasaran sehingga mereka konsisten dalam gerakannya. Namun, karena pada kenyataannya mahasiswa kadang tidak memiliki basis konsep yang jelas sehingga perhatian awal mudah sekali menyimpang atau lebih parah lagi mengalami perubahan yang bertolak belakang dengan isu awal..
Gerakan mahasiswa di Indonesia kemudian mengalami perubahan dari sebuah gerakan moral menyuarakan masalah-masalah sosial-permasalahan yang sehari-hari dihadapi oleh masyarakat-kemudian berubah menjadi sebuah gerakan politik.
BAB III
Simpulan dan Saran
A. Simpulan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa gerakan mahasiswa pada tahun 1998 adalah sebuah perubahan sosial dalam bentuk gerakan reformasi dimana perubahan sosial yang terjadi upaya yang berusaha memajukan masyarakat tanpa mengubah struktur dasarnya. Pemaparan diatas telah menggambarkan bagaimana proses perubahan sosial tersebut. Gerakan mahasiswa saat itu melihat bahwa untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia adalah pergantian rejim otoriter yang berkuasa dengan menggunakan isu-isu moral pada awalnya. Pemerintah saat itu dianggap tidak perduli bahkan tidak menunjukkan sense of crisis terhadap permasalahan yang dihadapi.
Perubahan yang diharapkan beberapa elemen dalam gerakan mahasiswa adalah sebuah perubahan yang menyeluruh di masyarakat. Tujuan mereka adalah semua kebijakan politik dan ekonomi berada di tangan rakyat dalam arti sesungguhnya.
B. Saran
Ironis memang, gerakan mahasiswa yang lingkupnya merosot hanya pada tataran kampus saja, masih diperparah dengan kecil presentase mereka yang aktif dan serta rendahnya tingkat kepedulian mereka. Jangankan untuk peduli pada negara, kebijakan pada tingkat kampus (rektorat) pun jarang direspon atau dihiraukan. Apatis, itulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan sikap para mahasiswa masa kini beserta gerakan-gerakannya.
Harus diakui bahwa pemimpin negeri ini gagal dalam mengelola para pemuda untuk menjadi generasi bangsa yang utuh dan memiliki kepastian orientasi, baik di masa kini maupun masa depan. Sebuah generasi yang dapat mewarisi kebesaran yang dimiliki bangsa dan negara ini. Para pemimpin kita gagal melakukan itu. Sebaliknya, yang tercipta justru sederet generasi bangsa dengan tingkat moralitas dan etos kerja yang rendah yaitu generasi yang larut dalam praktek korupsi tergerus dalam gelapnya dunia narkoba, larut dalam hidup gaya borjuisasi, hingga generasi bangsa yang pola hidupnya amat santai tanpa ada motivasi untuk maju. Inilah wajah generasi muda bangsa ini. Terbelah dalam beragam pola dan gaya yang negatif.
Generasi muda masa kini cenderung mati gaya dan merasa eksis atau puas hanya sebagai konsumen, ketimbang sebagai pembaharu, benar adanya. Namun demikian, menurut saya, kita harus juga melihat persoalan ini dari sudut pandang yang lain. Harus diakui bahwa generasi muda di negeri ini tidak memiliki ruang yang cukup untuk berpartisipasi aktif dan berperan. Terutama dalam lingkup kenegaraan. Peran generasi muda cenderung dibatasi. Bahkan kesempatan untuk mengungkapkan pandangan serta ide-ide mereka jarang didengar. Mengutip slogan iklan rokok, “yang muda, belum boleh bicara”. Itulah penilaian saya mengenai salah satu kondisi gerakan kaum muda Indonesia masa kini.
Peran serta dukungan masyarakat juga amat diperlukan dalam rangka menyemai kembali tumbuhnya gerakan mahasiswa. Tanpa ada dukungan dari masyarakat hampir tidak mungkin bagi mahasiswa dan gerakan-gerakan yang dibangunnya untuk eksis dan aktif. Sebab gerakan mahasiswa pada dasarnya tak lain adalah gerakan untuk masyarakat, bangsa dan negara.
Gerakan mahasiswa sebaiknya kembali menjadi gerakan yang mempunyai pandangan lebih mendalam dalam berbagai masalah sosial yang melanda bangsa ini. Akhir kata, konsep yang jelas dalam usaha perubahan sosial ada syarat utama dalam membangun kembali Indonesia, bahwa perjuangan belum selesai.
Daftar Pustaka
Saptono. 2007. SOSIOLOGI . Jakarta : Phibeta Aneka Gama.
Cohen,Bruce J. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar (Terjemahan). Jakarta : Bina Aksara
meetabied.wordpress.com/.../gerakan-politik-mahasiswa-dan-perubahan-sosial-politik-indonesia/
hmi.or.id/berita/44/mahasiswa-dan-perubahan-sosial
www.96147.com/.../perubahan%20mahasiswa%20dalam%20penanganan%20masalah... - Tembolok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar